Dosen Krim
3 min readOct 4, 2024

--

Karya ini membahas kolaborasi antara kriminolog dan jurnalis dalam konteks kriminologi newsmaking, menekankan peran penting kriminolog dalam menyediakan data dan analisis berbasis bukti untuk mengoreksi narasi media yang acapkali sensasional. Dalam perspektif teori kriminologi posmodern, khususnya dalam kerangka kriminologi news-making, penting untuk memahami bahwa media tidak hanya merefleksikan realitas sosial, tetapi juga berperan aktif dalam membentuknya. Media berfungsi sebagai arena ketika narasi tentang kejahatan, pelaku, dan korban dibangun dan didekonstruksi.

Karya ini menunjukkan bagaimana pendekatan berbasis bukti dalam media dapat mendorong pemahaman yang lebih baik tentang fenomena kriminal. Selain itu, konsep "newsmaking" yang dikemukakan oleh Ferrell dan Hayward (1998) menunjukkan bahwa keterlibatan kriminolog dalam proses peliputan berita tidak hanya penting untuk keakuratan informasi tetapi juga untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap kejahatan. Ini sejalan dengan pandangan posmodern yang menekankan pentingnya perspektif yang beragam dan kritik terhadap narasi dominan yang sering kali sensasional. Penulis juga dapat merujuk pada penelitian tentang dampak media terhadap persepsi publik dan kebijakan penegakan hukum untuk memberikan konteks lebih lanjut (Lippmann, 1922; Cohen, 1972).

Meskipun sudah mencakup ide-ide penting, penulis dapat memperkuat argumen mengenai dekonstruksi narasi dalam perspektif kriminologi posmodern dan dampak sensasionalisme terhadap stigma sosial dengan menyertakan contoh konkret, seperti kasus Ahmadiyah dan pembantaian dukun santet. Dalam kasus Ahmadiyah, media kerap menyajikan narasi sensasional yang menargetkan individu atau kelompok tertentu, menciptakan stigma negatif tanpa memberikan konteks yang cukup. Kerjasama antara kriminolog dan jurnalis dalam menyajikan narasi yang lebih berimbang telah membantu mereduksi stigma tersebut. Begitu pula dalam kasus pembantaian dukun santet, pemberitaan yang sensational dapat memperkuat stereotip negatif terhadap dukun, menjadikan mereka sebagai "penjahat" dalam pandangan publik. Teori labelling menunjukkan bagaimana label ini dapat memperkuat stigma dan reaksi sosial terhadap individu atau kelompok yang dianggap menyimpang. Seperti yang dinyatakan oleh Becker (1963), label sebagai "penjahat" dapat mengarah pada reaksi sosial yang memperkuat perilaku menyimpang tersebut.

Jacques Derrida menekankan bahwa teks tidak pernah memiliki makna tetap dan selalu dapat ditafsirkan ulang. Dengan pendekatan ini, kriminolog dapat membantu menjelaskan bahwa narasi media bukanlah representasi murni dari realitas, melainkan konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk ideologi yang berlaku. Misalnya, ketika media melaporkan kejahatan tertentu, mereka sering kali mengedepankan stereotip yang sudah ada sebelumnya. Dalam konteks kriminologi newsmaking, inilah yang Louis Althusser katakan bahwa media dapat dilihat sebagai Ideological State of Apparatus (ISA) yang tidak hanya menyebarluaskan informasi tetapi juga membentuk cara pandang masyarakat terhadap kejahatan. Ketika media menyoroti kejahatan dengan cara yang sensasional, mereka berkontribusi pada stigma sosial terhadap kelompok tertentu, seperti ras atau kelas sosial. Kriminolog, melalui data dan analisis, dapat membantu mendekonstruksi narasi tersebut dan menunjukkan bagaimana stereotip itu terbentuk dan didukung oleh struktur sosial.

Selain itu, teori wacana berbasis kebencian menjelaskan bagaimana media dapat menyebarkan dan memperkuat narasi yang merugikan, dengan menciptakan citra negatif terhadap kelompok tertentu, seperti ras, agama, atau orientasi seksual. Dalam konteks ini, media berperan dalam membentuk opini publik yang mendukung kebijakan diskriminatif dan kekerasan terhadap kelompok yang terstigmatisasi. Penelitian oleh van Dijk (1993) menunjukkan bahwa wacana berbasis kebencian dapat memperkuat pola pikir stereotipikal dan menciptakan legitimasi bagi tindakan diskriminatif.

Dari segi teknis penulisan, struktur tulisan sudah jelas. Penggunaan tanda baca cukup baik, tetapi ada kalimat yang terlalu panjang dan dapat dipecah untuk meningkatkan keterbacaan. Beberapa pengulangan juga perlu disingkat agar argumen lebih fokus.

--

--

Dosen Krim
Dosen Krim

Written by Dosen Krim

Focuses on criminological studies.

No responses yet